Monday, November 18, 2013

bidan-bidang BK



BIDANG-BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING
1.      Bidang bimbingan pribadi
Membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Pokok bidang bimbingan pribadi:
a.       Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranan dimasa depan.
c.       Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
d.      Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
e.       Pemantapan kemampuan pengambilan keputusan.
f.       Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
g.      Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara brohaniah maupun jasmaniah.
2.      Bidang bimbingan sosial
Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling disekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Pokok-pokoknya sebagai berikut:
a.       Pengembangan dan pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.
b.      Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik dirumah, di sekolah maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun serta nilai-nilai agama, adat peraturan dan kebiasaan yang berlaku.
c.       Pengembangan dan pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah lain, di luar sekolah maupun di masyarakat pada umumnya.
d.      Pengenalan, pemahaman dan pemantapan tentang peraturan, kondisi dan tunntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta upaya dan kesadaran unntuk melaksanakannya secara dinamis dan bertanggung jawab.
e.       Pemantapan kemauan menerima dan mengemukakan pendapat  serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.
f.       Orientasi tentang hidup keluarga.   
3.      Bidang bimbingan belajar
Membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaman belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun kelapangan pekerjaan tertentu. Pokok-pokok materinya sebagai berikut:
a.       Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan menjalani program penilaian hasil belajar.
b.      Pengembangan dan pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.
c.       Pemantapan penguasaan materi program belajar disekolah sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.
d.      Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada disekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan pribadi.
e.       Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi dan pendidikan tambahan.    
4.      Bidang bimbingan karier
Untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karier. Pokok-pokoknya yaitu:
a.       Pengenalan terhadap dunia kerja dan usaha untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
b.      Pengenalan dan pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.
c.       Pengembangan dan pemantapan informasi tentang kondisi tuntutan dunia kerja, jenis-jenis pekerjaan tertentu, serta latihan kerja sesuai dengan pilihan karier.
d.      Pemantapan cita-cita karier sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, serta pemantapan sikap positif dan obyektif terhadap pilihan karier.[1]

Dengan demikian tiap komponen mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, tetapi dilaksanakan bersama-sama. Apabila salah satu komponen tidak melaksanakan, maka tujuan pendidkan tidak akan tercapai. Demikian juga dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa, baik masalah ekonomi, sosial, pemilihan jurusan, pemilihan lapangan kerja dan sebagainya. Masalah-masalah itu hanya bisa dipecahkan melalui bidang kegiatan pemberian bantuan, melalui program layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Dengan melihat kenyataan yang terdapat disekolah, ada beberapa faktor yang menyebabkan perlunya pelaksanaan bimbingan disekolah antara lain: 1. Guru sebagai pengajar tidak mungkin dapat menyelesaikan beberapa masalah tertentu dalam pendidikan dan pengajaran. 2. Ada beberapa kegiatan dalam rangka mendidik siswa, yang harus dilakukan petugas sekolah lain yang bukan guru. 3. Antara guru dan siswa kadang-kadang terjadi konflik, hal ini memerlukan bantuan pihak ketiga untuk memecahkannya. [2]       

DAFTAR PUSTAKA
A . Hallen. Bimbingan dian Konseling.  Jakarta Selatan: Ciputat Pers. 2002.
Rohmah. Umi. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Ponorogo: STAIN PO PRESS. 2011.
Yusuf. Syamsu. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2009.


[1] Hallen A, Bimbingan dian Konseling, ( Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002 ). 77-80
[2] Umi Rohmah, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Ponorogo: STAIN PO PRESS, 2011). 8-10

INSTRUMEN PENELITIAN



INSTRUMEN PENELITIAN KUALITATIF
A.    Instrumun Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti untuk mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul. Menurut S. Margono (1997:155) menyatakan bahwa pada umumnya penelitian akan berhasil dengan baik apabila banyak menggunakan Instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Intrumen sebagai alatpengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.[1]
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian, antara lain :
1.      Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel, harus jelas, spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan.
2.      Sumber data, atau sumber informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa. Sistematika item dalam instrumen penelitian.
Ada beberapa langkah utama yang biasa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut.
a)      Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub variabel dan indikator penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
b)      Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel/ sub variabel/ indikator-indikatornya.
c)      Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi lay out instrumen.
d)     Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.
e)      Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba.[2]
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 178), secara umum penyusunan instrumen pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Ø  Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian
Ø  Menjabarkan variabel menjadi sub variabel
Ø  Menderetkan deskriptor dari setiap indikator
Ø  Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen
Ø  Melengkapi instrumen dengan (pedoman atau instruksi) dan kata pengantar.
Salah satu langkah penting yang perlu dilakukan oleh peneliti sebelum menyusun instrumen penelitian adalah melakukan penjabaran variabel menjadi sub variabel dan indikator variabel serta diskriptor yang nanti akan dijabarkan lebih lanjut dalam butir-butir dan item-item pertanyaan.[3]
B.     Data, Sumber Data, Informasi dan Responden
©      Data
Data yang umum kita kenal sekarang ini merupakan bentuk jamak dari datum , yang berasal dari bahasa latin. Data dapat diartikan sebagai fakta-fakta, serangkaian bukti-bukti, sesuatu yang secara pasti diketahui atau serangkaian informasi yang ada disekitar kita.[4]
Data artinya informasi-informasi yang didapat melalui pengukuran-pengukuran tertentu, untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta. Sedang fakta itu sendiri adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empiris, antara lain melalui analisis data.[5]

©      Sumber Data
Dilihat dari sumber pemerolehan data, atau dari mana data tersebut berasal secara umum dalam penelitian dikenal ada jenis data, yaitu data sekunder dan data primer. Kedua jenis data ini selalu dipakai oleh para peneliti dalam penelitiannya dalam usaha membuat solusi atau menemukan jawaban terhadap pokok persoalan yang ditelitinya, baik digunakan secara bersama-sama ataupun secara terpisah, khususnya untuk data sekunder.
Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Data sekunder ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti perusahaan swasta, perusahaan pemerintah, perguruan-perguruan tinggi swasta dan pemerintah dll.
Data primer merupakan jenis data yang diperoleh dan digali dari sumber utamanya( sumber asli) baik berupa data kualitatif bmaupun data kuantitatif. Sesuai dengan asalnya dari mana data tersebut diperoleh, maka jenis data ini sering disebut dengan istilah data mentah.
©      informan
Informan yaitu orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang sedang di teliti dan dapat berperan sebagai nara sumber selama proses penelitian, informan adalah sumber data yang berhubungan dengan pihak ketiga dan data tentang hal-hal yang melembaga atau gejala umum.[6]
©      Responden
Responden adalah sumber data tentang beragaman dalam gejala, berkaitan dengan perasaan, kebiasaan, sikap, motif, dan persepsi.
C.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.[7]
1.      Observasi
Menurut S. Margono (1997: 158) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.[8]
Observasi adalah merupakan metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung(Ngalim Purwanto, 1985).[9]
Observasi adalah suatu metode pengukuran data untuk mendapatkan data primer, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung secara seksama dan sistematis, dengan menggunakan alat indra (indra mata, telinga, hidung, tangan dan pikiran).[10]
Berdasarkan jenisnya, observasi dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
©      Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki.
©      Observasi tidak lansung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti, misalnya dilakukan melalui film, rangkaian slide, atau rangkaian foto.
Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi adalah:
a.       Data dapat diukur melalui pengamatan (tanpa berinteraksi langsung dengan subjek penelitian)
b.      Peristiwa atau kejadian hanya terjadi pada periode tertentu dan dapat diamati berulang-ulang
c.        Kapan dan bagaimana pengamatan dilakukan
d.      Berapa lama pengamatan harus dilakukan[11]
Pengamatan baru bisa dikatagorikan sebagai teknik pengumpulan data, jika pengamatan mempunyai kriteria sebagai berikut:
a)      Sebelum melakukan pengamatan, peneliti telah merencanakan secara sistematik berbagai hal yang akan diamati yang tertuang dalam pedoman pengamatan.
b)      Pengamatan harus dilakukan sesuai dengan tujuan peneliti yang ditentukan sebelumnya.
c)      Pada waktu melakukan pengamatan, peneliti melakukan pencatatan dalam bentuk catatan lapangan.
d)     Pada waktu melakukan pengamatan, peneliti juga melakukan kontrol terhadap hasil pengamatan, sehingga diperoleh validitas dan reliabilitasnya.[12]
Beberapa ciri umum metode observasi dalam pengumpulan data adalah :
a)      Hal-hal yang hendak diamati bisa dibuat jelas sehingga tidak terjadi kesalahan dalam proses pengamatan.
b)      Perilaku subjek yang diamati bisa dibuat dalam kategori-kategori.
c)      Unit yang digunakan dalam mengukur perilaku harus ada.
d)     Derajat inferensi yang diinginkan harus jelas diketahui.
e)      Harus punya derajat terapan atau generalisasi.
f)       Jenis serta besar sampel yang hendak diamati harus ditentukan.
g)      Pengamatan harus reliabel dan valid.[13]
Setiap penelitian yang dilakukan dengan mempergunakan metode pengamatan, seorang peneliti hendaknya memperhatikan delapan hal sebagai berikut :
1.      Ruang atau tempat. Setiap gejala (benda, peristiwa, orang, hewan) selalu berada dalam ruang tertentu. Keseluruhan benda atau gejala yang ada dalam ruang itu menciptakan suasana tertentu yang patut diperhatikan oleh peneliti, sepanjang hal itu mempunyai pengaruh terhadap gejala-gejala yang dihadapinya.
2.      Pelaku. Pengamatan terhadap pelaku ini mencakup ciri-ciri tertentu yang dapat mengungkap sistem kategorisasi yang berpengaruh terhadap struktur interaksi.
3.      Kegiatan. Dalam ruang atau tempat tertentu, para pelaku tidak hanya berdiam diri, tetapi mereka melakukan kegiatan-kegiatan, yaitu berupa tindakan-tindakan yang dilakukan dapat mewujudkan serangkaian interaksi di antara mereka.[14]
4.      Benda-benda atau alat-alat. Semua benda-benda atau alat-alat yang berada dalam ruang yang dipergunakan oleh para pelaku dalam kegiatan-kegiatannya haruslah diperhatikan dan dicatat oleh peneliti.
5.      Waktu. Setiap kegiatan selalu berada dalam tahapan waktu yang berkesinambungan. Seorang peneliti harus memperhatikan waktu dan urutan kesinambungan kegiatan, atau hanya memperhatikan kegiatan tersebut dalam jangka waktu tertentu saja tidak secara keseluruhan.
6.      Peristiwa. Dalam kegiatan-kegiatan  yang dilakukan oleh para pelaku, selain terjadi suatu peristiwa di luar kegiatan-kegiatan yang tampaknya rutin dan teratur juga terjadi peristiwa-peristiwa yang sebenarnya penting tetapi dianggap biasa oleh para pelakunya. Seorang peneliti harus tajam mengamatinya dan tidak lupa untuk mencatatnya.
7.      Tujuan. Dalam kegiatan-kegiatan yang diamati dapat pula terlihat tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh para pelakunya, sebagaimana terwujud dalam bentuk tindakan-tindakan, ekspresi wajah, gerak tubuh, ucapan-ucapan, dan ungkapan-ungkapan bahasa.
8.      Perasaan. Pelaku-pelaku juga memperlihatkan kegiatan dan interaksi dengan sesamanya, dapat dilihat dari keadaan mereka mengungkapkan perasaan dan emosi-emosi melalui tindakan, ucapan, ekspresi wajah, dan gerak tubuh. Hal-hal demikian juga harus diperhatikan oleh peneliti.[15]

2.      Interview
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.[16]
Wawancara sebagai sebuah metode pengumpulan data yang kadang berfungsi sebagai metode pokok (metode primer), tetapi kadang juga berfungsi sebagai metode pelengkap (metode sekunder), dan kadang pula sebagai metode pengukur.
Fungsinya sebagai metode primer apabila dalam kegiatan penelitian merupakan satu-satunya metode untuk menghimpun data; ia berfungsi sebagai metode sekunder apabila digunakan sebagai metode pengumpulan data untuk melengkapi bahan-bahan keterangan yang sudah terhimpun Kerapkali terjadi bahwa peneliti menghadapi persoalan seperti bahan-bahan keterangan yang terkumpul melalui metode-metode lain dirasa perlu di uji kebenaranya dengan cara wawancara, maka hal ini wawancara berfungsi sebagai pengukur untuk menilai kebenaran data (informasi). Sekalipun memiliki fungsi yang berbeda-beda tetapi tidak berarti fungsi satu lebih tinggi derajadnya daripada yang lain.[17]
Dalam wawancara dibutuhkan seorang informan yaitu orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang sedang di teliti dan dapat berperan sebagai nara sumber selama proses penelitian, informan penelitian terdiri dari tiga kelompok :
a.                Informan kunci
b.               Informan ahli (para ahli yang sangat memahami dan dapat memberikan penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian tanpa di batasi dengan wilayah, tempat tinggal misalnya : budayawan, tokoh masyarakat, tokoh agama )
Informan insidental (yaitu siapa saja yang ditemukan di wilayah penelitian yang dapat memberikan informasi terhadap masalah yang kita teliti).[18]
Yang diperlukan oleh pewawancara agar proses wawancaranya berhasil ialah kemauan mendengar dengan sabar, dapat melakukan interaksi dengan orang lain secara baik, dapat mengemas pertanyaan dengan baik, dan mampu mengalaborasi secara halus apa yang sedang ditanyakan jika dirasa yang diwawancarai belum cukup memberikan informasi yang dia harapkan.[19]
3.      Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumun, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.[20]
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian seorang pahlawan revolusi, cerita, biografi, peraturan kebijakan dan sejenisnya. Dokumen yang bernbentuk karya, misalnya karya seni dan gambar, lukisan, film, patung, sketsa, dan sejenisnya.[21]
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan ;
©      Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau yang akan dicari datanya.
©      Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.
Dalam pengertian yang lebih luas, dokumentasi bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa bebda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol.

DAFTAR PUSTAKA
Basrowi, dkk. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008.
Zuriah M.Si, Dra.Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Bagoes Mantra, Ida. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.

Hadi Sutopo, Arista. Dkk. Terampil Mengolah Data kualitatif dengan NVIVO. Jakarta: Kencana  Prenada Group. 2010.

Mustofa, Zainal.  Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.

Abdurrahman, Dudung. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. 2003.

Sugiyono, Prof,Dr. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: AlfaBeta. 2012

Afifuddin, Prof. Dr, dkk. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. 2009.

Fathoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta. 2005.
Sarwono, Jonatan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006.





[1]Dra. Nurul Zuriah, M.Si ,Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). 168
[2] Ibid. 169
[3] Nurul Zuriah, hlm. 170
[4] Muhammad, Teguh. Metode Penelitian Ekonomi; Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001), hlm. 118
[5] Prof. Dr. H. Abdurrahman Fathoni, M.Si. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. (Jakarta: Rineka Cipta. 2005), hlm. 104
[6] Arista Hadi Sutopo, Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data kualitatif dengan NVIVO (Jakarta: Kencana  Prenada Group, 2010), hlm. 5
[7] Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: AlfaBeta. 2012), hlm. 224
[8] Nurul Zuriah, hlm 173
[9] Basrowi, suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif; ( Jakarta, Rineka Cipta: 2008 ), 93
[10] Zainal Mustofa, Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi, (yogyakarta, Graha Ilmu:2009), 94
[11] Mengurai Variabel..., 94
[12] Memahami Penelitian..., 96
[13] Ibid.,98
[14] Abdurrahman Dudung, Pengantar Metode Penelitian(Yogyakarta, Kurnia Alam Semesta:2003), 51
[15] Pengantar metode..., 52
[16] Basrowi, hlm. 127
[17] Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta, Kurnia Kalam Semesta : 2003), 58
[18] Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004),86

[19] Jonatan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm.225
[20] 201-202
[21] Prof. Dr.H. Afifuddin, M.M, dkk. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Pustaka Setia. 2009), hlm. 117

Manfaat bawang putih untuk diet

BAWANG PUTIH Apasih bawang putih itu? Kebanyak orang mengenal bawang putih hanya sebagai bumbu dapur saja, ternyata lebih dari itu. Manf...